Friday, 16 December 2011
JOM MENGENAL RASULULLAH SAW
Cara Rasulullah S.A.W Berjalan
Ali bin Abi Thalib meriwayatkan, maksudnya:
“Ali bin Abi Thalib menggambarkan sifat fizikal Rasulullah S.A.W.,
“ Rasulullah S.A.W berjalan dengan mengangkat kaki, seakan-akan beliau sedang menuruni tanak yang landai”.
(Riwayat Tirmidzi, Ibnu Sa`d dan Baihaqi)
Cara Bersandar Rasulullah S.A.W
Abu Juhaifah r.a meriwayatkan maksudnya:
“ Rasulullah S.A.W bersabda,
” Aku tidak akan makan sambil bersandar.”
(Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah ,Ahmad dan Baihaqi)
Cara Rasulullah S.A.W Makan
Ka`b bin Malik meriwayatkan maksudnya, Selepas makan, Nabi S.A.W menjilat jari-jari beliau sebanyak tiga kali”.
(Riwayat Tirmidzi)
Akhlak Rasulullah S.A.W
1. Aisyah r.a meriwayatkan maksudnya:
” Rasulullah S.A.W bukanlah seorang yang keji dan beliau tidak pernah berbuat keji. Beliau tidak pernah berteriak-teriak di pasar.Beliau tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan; beliau selalu memaafkan dan berlapang dada.
( Riwayat Tirmidzi, Abu dawud dan Ahmad)
Cincin Rasulullah S.A.W
1. Anas bin Malik meriwayatkan maksdunya:
“ Cincin Rasulullah S.A.W dibuat dari perak sedangkan mata cincin beliau adalah batu hitam Habsyi” (Riwayat Tirmidzi, Muslim ,Nasa`I ,Ahmad dan Ibnu Majah)
2. Ali bin Abi Thalib meriwayatkan maksudnya:
“ Rasulullah S.A.W mengenakan cincin di jari tangan kanan beliau.”
(Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud , Nasa`I dan ibnu Majah)
Sifat Peribadi Rasulullah S.A.W
1- Nabi SAW suka menyisir rambut dan janggutnya dengan rapi. Rambutnya juga dikatakan tidak kerinting juga tidak begitu lurus. Kadang kala Baginda panjangkan rambutnya hingga ke paras bahu dan kadang kala setakat kedua-dua belah telinganya. Dan Baginda juga mewarnai rambutnya menggunakan inai.
2- Nabi SAW juga sentiasa memakai celak. Dalam sebuah hadis riwayat daripada Ibnu Abbas r.a., katanya : "Nabi SAW bersabda; Bercelaklah kamu dengan batu ithmid (batu celak yang telah dijadikan serbuk), kerana ia dapat mencerahkan penglihatan dan menumbuhkan (melebatkan) bulu mata."
3- Nabi SAW suka memakai minyak wangi. Ibnu Umar r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda ;
"Tiga perkara yang tidak sepatutnya ditolak (oleh seseorang tetamu), iaitu ; bantal, minyak wangi dan susu."
Riwayat Qutaibah bin Sa'id, dari Ibnu Abi Fudaik, dari Abdullah binMuslim bin Jundub dari ayahnya, bersumberkan dari Ibnu Umar r.a.
4- Warna yang menjadi kegemaran Nabi SAW ialah putih dan hijau. Namun begitu Baginda juga pernah berpakaian hitam, merah hati, kelabu dan warna bercampur-campur. Al-Nasai dan Al-Hakim meriwayatkan hadis daropada Samurah r.a. yang berkata Rasulullah SAW bersabda ;
"Pakailah pakaian berwarna putih kerana ia lebih suci (bersih) dan baik. Gunakanlah ia sebagai kapan pembungkus jenazah orang mati."
Saat-Saat Terakhir Rasulullah...
Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersamaaku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk? " tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini? Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya, kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku,hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?
" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
" Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni
orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita llah dan Rasulnya mencinta kita Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka
RASULULLAH MERINDUI UMAT AKHIR ZAMAN
Suasana di majlis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Saidina Abu Bakar. Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan demikian.
Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna. "Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.
"Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.
"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian baginda bersuara:
"Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."
Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan ‘ikhwan’ baginda:
"Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.
"Malaikat," jawab sahabat.
"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah," jelas Rasulullah. Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, "Para nabi."
"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."
"Mungkin kami," celah seorang sahabat.
"Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau," pintas Rasulullah menyangkal hujah sahabatnya itu.
"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.
"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah.
"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.
Begitulah nilaian Tuhan. Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran. Bukan bertemu wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan untuk mendambakan diri menjadi kekasih kepada kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan buktikan dengan kesungguhan beramal dengan Sunnahnya.
Pada kita yang bersungguh-sungguh mahu menjadi kekasih kepada kekasih Allah itu, wajarlah bagi kita untuk mengikis cinta-cinta yang lain. Cinta yang dapat merenggangkan hubungan hati kita dengan baginda Rasulullah.
salam untuk mu yaa...rasulullah.....
Tingginya sifat kasih sayang Rasulullah...
Kisah hidup Rasulullah SAW yang menunjukkan betapa tingginya sifat kasih sayang baginda.
1. Pernah seorang Arab Badwi menarik dengan begitu kasar jubah buatan Najran yang kasar kainnya, yang dipakai oleh Rasulullah SAW hingga berbekas leher baginda. Tetapi Rasulullah SAW tidak marah, malah menghadiahkan jubah itu kepada Arab Badwi tersebut.
2. Seorang wanita tua selalu menyakiti Rasulullah SAW dengan meletakkan duri, najis dan lain-lain halangan di jalan yang selalu dilalui oleh Rasulullah SAW. Namun Rasulullah SAW tidak bertindak balas. Pada satu ketika apabila wanita itu sakit, Rasulullah SAW menziarahi dan menunjukkan kasih sayang terhadapnya. Wanita tua itu terharu dengan kebaikan Rasulullah, lantas memeluk Islam di tangan baginda.
3. Rasulullah SAW pernah dilihat oleh para Sahabatnya mencium anak kecil, lantas seorang Sahabat menegurnya, “Engkau mencium anak kecil, ya Rasulullah?” Kerana pada sangkaannya Rasulullah tidak pernah mencium anak kecil. Baginda mengiyakan lantas bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.”
4. Rasulullah SAW sangat mengasihi Sahabat-sahabatnya. Jika seorang Sahabat sudah dua tiga hari tidak kelihatan, baginda akan bertanya, “Ke mana perginya si polan si polan itu…”
5. Jika ada orang yang meminta tolong pada Rasulullah SAW, tidak pernah baginda tidak menunaikannya. Baginda sangat prihatin dan amat mengambil berat kesusahan orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menunaikan satu hajat saudaranya, akan ALLAH tunai 70 hajatnya.”
6. Pernah satu ketika seorang Arab Badwi kencing di satu sudut dalam Masjid Nabi. Ada di antara para Sahabat marah kerana sikap tidak beradab itu. Tetapi Rasulullah SAW tetap tenang dan berkata, “Biarkan dia menyelesaikan hajatnya…” Setelah lelaki tersebut selesai, Rasulullah SAW sendiri membasuh najis itu dan kemudiannya barulah memberitahu Arab Badwi tersebut adab-adab di dalam masjid.
7. Ketika Rasulullah SAW berdakwah dengan anak angkatnya Zaid bin Harisah di Thaif, baginda telah dibaling dengan batu oleh kanak-kanak dan pemuda-pemuda nakal yang disuruh berbuat begitu oleh penduduk kota tersebut. Akibatnya, lutut Rasululah SAW telah berdarah. Melihat penganiayaan itu, malaikat sangat marah sehingga menawarkan untuk menghempap penduduk Thaif dengan bukit-bukit sekitar bandar itu. Tetapi Rasulullah SAW menolaknya dan berkata, “Jangan, mereka tidak tahu saya ini rasul-Nya.” Malaikat menjawab: “Tuan benar.” Selepas itu baginda terus berdoa untuk penduduk Thaif: “Ya ALLAH berilah petunjuk bagi kaumku, mereka tidak mengetahui.”
8. Pernah seorang Sahabat duduk secara menghimpit paha atas paha dengan Rasulullah SAW. Baginda membiarkannya sahaja untuk menjaga hati Sahabat tersebut supaya tidak menganggap yang Rasulullah SAW tidak sudi duduk bersamanya.
9. Sewaktu hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW telah dikejar dengan kuda oleh seorang bernama Suraqah yang bercita-cita merebut hadiah yang ditawarkan oleh kafir Quraisy Makkah jika berjaya membunuh Rasulullah SAW. Setiap kali kuda Suraqah mendekati Rasulullah SAW, setiap kali itulah kudanya tersungkur jatuh. Rasulullah SAW tidak bertindak apa-apa. Rasulullah memaafkannya. Akhirnya Suraqah menyerah dan berjanji tidak akan cuba membunuh Rasulullah SAW lagi.
10. Satu ketika seorang musuh bernama Da`thur mendapati Rasulullah SAW sedang berehat di satu batu. Dia terus melompat dan meletakkan pedangnya di leher Rasulullah SAW dan berkata, “Siapa yang akan menyelamatkan nyawa kamu dan tanganku?”
Rasulullah SAW spontan menjawab, “ALLAH!”
Mendengar jawapan Rasulullah itu, Da`thur menggeletar hingga pedangnya jatuh daripada tangan.
Rasulullah SAW mengambil pedang itu dan bertanya, “Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?”
Da`thur tergamam dan menjawab, “Tiada siapa.”
Akhirnya Rasulullah SAW memaafkan Da`thur. Melihat kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW itu, Da`thur pun mengucap dua kalimah syahadah (masuk Islam).
11. Rasulullah SAW sangat penyayang dengan anak-anaknya dan bertimbangrasa dengan isteri-isterinya. Pada kesilapan isteri-isterinya, baginda selalu memberi maaf. Baginda juga membantu kerja-kerja rumah dan menampung jubah dan kasutnya sendiri.
12. Rasulullah SAW selalu berjalan dengan fakir miskin dan sering menziarahi janda-janda, bertanya akan keperluan hidup mereka. Bahkan dengan orang-orang miskin dan melarat, baginda selalu duduk bersama mereka, berbual, makan minum dan bermesra dengan mereka.
13. Pernah di satu pagi Hari Raya, Rasulullah SAW bertemu seorang kanak-kanak yang menangis di tepi jalan. Baginda terharu dan bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Kanak-kanak tersebut menjawab, “Ayah saya telah mati syahid sementara ibu saya sudah berkahwin lain. Nasib saya terbiar dan saya tidak ada baju barn dan lain-lain persediaan untuk berhari raya.” Rasulullah SAW mengalirkan air mata mengenangkan nasib kanak-kanak tersebut. Baginda berkata: “Sukakah kamu kalau aku menjadi ayahmu dan Aisyah (isteri Rasulullah) menjadi ibumu?” Sungguh tidak terkira gembiranya rasa hati kanak-kanak itu, bila mendengar Rasulullah SAW yang mulia menjadi ayahnya. Baginda pun membawa pulang kanak-kanak tersebut ke rumahnya. Kanak-kanak itu dimandikan, dipakaikan dengan baju raya dan dijamu makan. Betapa gembiranya hati kanak-kanak itu, begitulah gembiranya hati Rasulullah SAW kerana dapat menggembirakannya.
14. Pada ketika yang lain, dalam perjalanan menuju ke pasar, Rasulullah SAW melihat seorang budak (hamba sahaya) sedang menangis di tepi jalan. Bila baginda tanyakan mengapa menangis, budak itu menjawab bahawa dia menangis kerana duit yang diberi oleh tuannya telah hilang. Rasulullah SAW terus mengganti duit yang hilang itu dengan duit baginda sendiri. Tetapi apabila baginda balik dari pasar, dilihatnya budak yang sama masih menangis. “Kenapa kamu masih menangis?” tanya Rasulullah SAW. “Kali ini saya menangis kerana takut dimarahi dan dipukul oleh tuan saya kerana saya sudah terlambat pulang dan pasar,” jawab budak itu.
Untuk mengelakkan budak itu daripada dimarahi, Rasulullah SAW sendiri menemaninya pulang. Rupanya rumah itu dihuni oleh sekumpulan wanita. Rasulullah SAW terus memberi salam. Setelah tiga kali memberi salam, barulah salam Rasulullah SAW itu dijawab. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu tidak dengar salam saya sebelumnya?” Wanita-wanita itu menjawab, “Kami dengar, tetapi sengaja kami tidak jawab supaya kami mendapat doa daripada Rasulullah SAW banyak kali…”
Rasulullah SAW terus menerangkan mengapa budak itu lambat. Baginda meminta supaya budak itu tidak dirotan, tetapi sekiranya mereka tidak puas hati, Rasulullah menawarkan dirinya sebagai ganti untuk dirotan. Lantas Rasulullah SAW menyingsing lengan bajunya. Mendengar kata Rasulullah SAW itu, kumpulan wanita itu lantas berkata, ” Tidak, ya Rasulullah. Mulai sekarang, kami merdekakanlah budak ini.” Itulah kesan kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.
16. Rasulullah SAW berjiran dengan seorang Yahudi. Baginda sangat menjaga hak-hak jiran. Baginda tidak pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati jirannya malah baginda selalu menghadiahkan makanan dan lain-lain hadiah kepada jiran Yahudinya itu.
17. Rasulullah SAW juga sangat mengambil berat tentang hak-hak kafir zimmi. Baginda bersabda: “Siapa yang menzalimi kafir zimmi walaupun orang Islam sayalah pembelanya (penebusnya).”
18. Rasulullah SAW juga sangat mengasihi binatang. Baginda melarang kanak-kanak menyeksa binatang. Untuk menyembelih binatang, Rasulullah SAW berpesan supaya menggunakan pisau yang tajam, agar binatang tersebutcepat mati dan tidak lama dalam kesakitan. Rasulullah SAW sering mengingatkan supaya unta-unta dan himar tidak dibebani oleh muatan yang berlebihan daripada apa yang sanggup ditanggung. Pernah seekor kucing tidur atas serban Rasulullah SAW. Maka baginda menggunting bahagian tempat kucing itu tidur di atasnya kerana tidak mahu mengejutkan kucing tersebut. Ketika dalam perjalanan dan Madinah ke Makkah di tahun kemenangan, Rasulullah melihat seekor anjing di tepi jalan. Anjing itu mengeluarkan suara seakan-akan membujuk anaknya yang sedang mengerumuninya untuk menyusu. Maka Rasulullah meminta seorang Sahabat untuk menjaga jangan sampai ada dan kalangan anggota rombongan baginda yang mengganggu anjing itu dan anak-anaknya. Ketika Rasulullah melihat seekor himar yang telah diberi tanda dengan besi panas di mukanya, baginda menentangnya dan melarang haiwan diberi tanda dan dipukul di mukanya.
19. Ketika Rasulullah meninggalkan kabilah Saqif, ada seorang lelaki yang memohon kepada beliau, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan mereka.” Rasulullah berkata, “Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kabilah Saqif dan bawalah mereka (ke jalan yang benar).”
20. Satu ketika Abu Zar keluar bersama hamba sahayanya yang berpakaian seperti apa yang beliau pakai, lalu ada orang bertanya, “Mengapa kamu berbuat demikian?” Abu Zar menjawab, beliau mendengar Rasulullah berkata: “Hamba sahaya itu adalah saudaramu, mereka di jadikan oleh ALLAH di bawah kekuasaanmu. Maka barangsiapa saudaranya di bawah kekuasaannya (di bawah jagaannya), hendaklah dia memberi makan dengan apa yang dia makan dan memberi pakaian dengan pakaian yang is pakai, dan janganlah hamba itu disuruh melakukan pekerjaan di luar batas kemampuannya. Apabila mereka diperintahkan bekerja maka bantulah mereka.”
INILAH sebahagian daripada cerita-cerita sebagai bukti betapa pengasih dan pemaafnya Rasulullah SAW, model agung kecintaan yang paling unggul dan patut dicontohi oleh manusia sepanjang zaman. Cerita-cerita itu menunjukkan betapa kasih dan sayangnya Rasulullah SAW sama ada kepada manusia atau bintang, yang sepatutnya dicontohi oleh umat Islam.
No comments:
Post a Comment