Friday, 9 December 2011
8 penghalang untuk amalan-amalan diterima oleh Allah S.W.T.
1. Mengumpat.
2. Mengharapkan keduniaan.
3. Sombong
4. Ujub
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bermaksud :
“Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (Hadis Riwayat Bukhari)
5. Pendengki dan hasad
6. Tidak mengasihi orang lain.
7. Sum'ah dan riak
Sabda Nabi S.A.W. maksudnya :
"Barangsiapa yang beramal kerana sum'ah (ingin didengar manusia) maka Allah akan membalasnya dengan diperdengarkan keburukannya. Dan barangsiapa yang berbuat riyak, maka Allah akan menampakkan riyaknya"
(Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Ibn Majah dan Ahmad)
Sabda Nabi S.A.W. maksudnya :
"Barangsiapa yang beramal dengan suatu amal dengan niat agar orang lain mendengar perbuatan dan memujinya, maka Allah akan membalas dengan membuatnya terkenal. Pada hari kiamat kelak, niat amal tersebut akan dibongkar dan dibalas dihadapan makhluk. Dan barangsiapa yang melakukan suatu amal dengan niat agar manusia melihatnya di dunia, (riyak) maka Allah akan membalasnya dengan menampakkan riyak dihadapan makhluk".
(Hadis Riwayat at-Thabarani dan Baihaqi)
Sum’ah itu tidak akan terjadi melainkan kepada perkara yang biasa terdengar seperti membaca al quran, zikir dan sebagainya secara nyaring mengharapkan agar orang lain mendegar lalu memuji perbuatan tersebut.
8. Tidak ikhlas.
Marilah kita renungkan hadis Nabi S.A.W. dibawah :
“Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya.”
“Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah, “Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat”.
“Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain.”
“Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya kerana dia seorang yang sombong.”
Rasulullah S.A.W meneruskan sabdanya, “Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub.”
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,
“Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak reda dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad.”
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,”Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini.”
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah solat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain. Tetapi penjaga pintu langit berkata, “Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintah kan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riyak. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riyak.”
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni solat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah S.W.T.
Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah."
Tetapi firman Allah S.W.T. maksudnya : “Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak boleh menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui.”
“Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi.”
“Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?”
“Laknat-Ku tetap padanya.”
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
“Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.”
Dan semua yang di langit turut berkata,”Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat.”
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadis ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan
ini?”
Sabda Rasulullah S.A.W, “Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”
Muaz bertanya kembali,”Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan boleh lepas dari bahaya tersebut?”
Bersabda Rasulullah S.A.W. maksudnya : “Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.”
“Jangan riyak dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyakkan (menguris) perasaan orang lain dengan mulutmu, kerana kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka Jahanam.”
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,”Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia.”
Muaz berkata, “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”
Jawab Rasulullah S.A.W. maksudnya : “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah S.W.T. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka”
No comments:
Post a Comment