Thursday, 15 December 2011

Birrul Waalidain (berbakti kepada kedua orang tua) Mendapar Redha Allah


Satu daripada cara seorang hamba
 mendapat keridhoan Allah SWT adalah Birrul Waalidain (berbakti kepada kedua orang tua). Banyak 
hamba-hamba pilihan Allah Ta’ala yang memperoleh kebahagiaan dan kesenangan 
karena kebaikannya terhadap kedua orang tua. Menjaga hak keduanya dan
memperhati kan apapun untuk menyenangkan keduanya. Taat pada perintah mereka,
selagi tidak bertentangan dengan agama atau syariat.

Perlu ditegaskan bahwa birrul waalidain , lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara yang dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.

Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tidak bentuk kewajiban:

Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.

Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.

Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.

Menaati perintah orang tua adalah wajib, selama bukan untuk maksiat. Bahkan perintah melakukan yang mubah, bila itu keluar dari mulut orang tua, berubah menjadi wajib hukumnya. Kita juga tahu, bahwa harta orang tua harus dijaga, tidak boleh dihamburkan secara percuma, atau bahkan untuk berbuat maksiat. Kita juga meyakini, bahwa bila orang tua kita kekurangan atau membutuhkan pertolongan, kitalah orang pertama yang wajib menolong mereka.

Oleh sebab itu, Allah menyebut kewajiban bakti itu sebagai ‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’. “Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)

“Dan sembahlah Allah dan jangan pula kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan kepada kedua orang tua berbuatlah baik”. (QS. An Nisaa’ 36)

Ayat-ayat  diatas sudah jelas menunjukkan betapa Allah Ta’ala mewajibkan kepada kita agar selalu menjaga hak-hak kedua orang tua. Pada ayat ini Allah menggandingkan antara perintah untuk beribadah
kepada Allah semata dengan perintah berbakti kepada orang tua. Tentu hal ini adalah besar arti dan maksud yang terkandung didalamnya.

Berbakti kepada orang tua yang dimaksud adalah mencakup banyak hal. Membantu keduanya dalam pekerjaannya, membuat mereka selalu senang dan berseri dengan keberadaan kita, menjaga harga diri mereka, menutupi aib keduanya dan mendoakan keduanya, ini semua adalah termasuk kategori berbakti kepada orang tua (Birrul Waalidain).

Sebaliknya, Allah mengancam orang-orang yg durhaka pada keduanya dan menyedihkan (menyusahkan) mereka dgn peringatan yang keras dlm Al Quran dan melalui lisan Rasulullah SAW.
MalahAllah Ta’ala melarang kita mengatakan “Uff/ Ah” kepada orang tua.

Allah SWT menyifati kasih sayang seorang ibu dalam firman-Nya (yang artinya): “Dan telah Kami wasiatkan kepada manusia (agar dia berbakti) pada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah & menyusunya dlm dua tahun, bersyukurlah kpd-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman 14)


Suatu ketika datang seorang sahabat Rasulullah SAW untuk meminta izin ikut jihad di jalan Allah.

Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana keadaan orang tuamu ketika kamu keluar untuk berjihad?”, dia menjawab: “Ibu saya menangis wahai Rasulullah”.

Mendengar jawaban ini beliau SAW memerintahkan anak tersebut untuk kembali kerumahnya dan bersabda: “Kembalilah kepada ibumu, berjihadlah dengan cara berbakti kepadanya, buat dia
tertawa atau tersenyum sebagaimana kamu telah membuatnya menangis !”.

Dalam riwayat Abu Dawud dari Abu Sa’id Al Khudri disebutkan, ada seorang pemuda dari Yaman datang kepada Rasulullah untuk ikut berjihad. Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu punya keluarga di Yaman?”, dia menjawab, “kedua orang tuaku”, beliau saw bersabda: “Apakah mereka
berdua telah mengizinkan engkau?”, dia menjawab, “Tidak”, sabda beliau selanjutnya, “Pulanglah kepada mereka berdua, mintalah izin, jika mereka mengizinkan berangkatlah berjihad, jika tidak maka cukuplah kamu berbakti kepada keduanya”.

Inilah tarbiyah/pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, setiap anak harus dapat menyenangkan kedua orang tuanya. Karena dengan berbakti kepada keduanya, maka ridho Allah akan datang kepada nya, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW (yang artinya):

“Ridho Allah terletak pada keridhoan kedua orang tua dan murka Allah terletak pada kemurkaan kedua orang tua” (HR. At Tirmidzi)

Ketika kita berbakti kpd orang tua maka pada saat yg sama Allah memandang kita dengan pandangan Rahmat dan keridhoan-Nya. Artinya bahwa jika Allah telah ridho kepada kita maka surga menjadi tmpt kembali kita. Bukankah pernah diterangkan bahwa “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”.

Suatu ketika datang seorang anak kepada Rasulullah bertanya tentang apa yang harus dia lakukan untuk orang tuanya. Beliau SAW menjawab dengan jawaban yang singkat, sabdanya: “Orang tuamu
adalah surgamu atau nerakamu”.

Abdullah bin Mas’ud RA bertanya kepada Rasulullah SAW: “Amal apakah yang paling Allah cintai?”, beliau saw menjawab: “Sholat pada awal waktunya”, Abdullah bertanya, “Kemudian apa lagi?”, beliau
saw menjawab, “Birrul Waalidain (berbakti kepada kedua orang tua)”, dia bertanya lagi, “kemudian apa?”, beliau saw menjawab: “Jihad di jalan Allah”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Diriwayatkan, seorang sahabat dari Bani Salamah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah ada kesempatan untuk aku berbakti kepada ayah bundaku, setelah mereka meninggal dunia?”, Baginda S.A.W menjawab, “Ya, kamu mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menjalankan janji keduanya, menyambung tali kekeluargaan yang tidak terhubung kecuali dengan keduanya dan memuliakan (menghormati) kawan keduanya” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Malik bin Rabi’ah As Saa’idi).

Banyak hadits yg menjelaskan fadhilah (keutamaan) Birrul Waalidain. Antaranya hadits  diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya (diberi keberkahan) dan diluaskan rezekinya, maka muliakan kedua orang tuanya (berbakti kepadanya) dan sambunglah kekerabatan (silaturrahmi)”.

Dalam riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda  (yang artinya): “Berbaktilah pada orang tua kalian, kelak anak-anak kalian akan berbakti kPD kalian, bersikap ‘iffah (menjaga kehormatan diri), maka isteri-isteri kalian pun akan bersikap ‘Iffah” (HR. Ath Thabarani dari Abdullah bin Umar RA).

Banyak sekali tauladan untuk kita, bagaimana berbaktinya para pendahulu (salafush Sholeh) kepada orang tuanya sehingga mereka diangkat kedudukannya oleh Allah SWT. Diriwayatkan bahwa Imam
Ali Zainal Abidin adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya, tetapi beliautidak pernah terlihat makan bersama ibunya itu. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab:

“Aku khawatir tanganku kedahuluan untuk mengambil makanan yang terhidangkan, sedangkan mata ibuku lebih dahulu memandang makanan itu (dan berhasrat untuk memakannya), maka jika itu terjadi,
aku telah durhaka kepadanya”.


10 Adab Bersama Ibu Bapa

1-Taat kepada mereka kecuali perkara yang ditegah oleh syara’.

2-Melakukan kerja-kerja yang menyenangkan hati keduanya, walaupun mereka tidak menyuruhnya.

3-Bertutur bersama mereka dengan penuh beradab.

4-Segera menjawab panggilan mereka.

5-Memulia dan memberikan apa yang dikehendaki oleh keduanya (mengikut kemampuan).

6-Mendoakan keampunan bagi mereka.

7-Mencium tangan keduanya pada waktu pagi dan petang atau waktu-waktu yang munasabah.

8-Selalu menziarahi kubur mereka setelah mereka meninggal dunia disamping menghadiahkan kepada mereka bacaan ayat Al-Quran, tahlil dan sebagainya.

9-Memohon kepada Allah SWT, supaya mereka mendapat kesejahteraannya di dunia dan akhirat.

10-Berbincang dengan mereka setiap masalah yang mereka hadapi dan jangan merahsiakan sesuatu daripada mereka. 


No comments:

Post a Comment